ABSTRAK
Salah satu tanaman yang sudah lama diketahui
masyarakat umum memiliki banyak khasiat adalah mengkudu. Bagian dari tanaman
yang mampu mengobati berbagai penyakit bahkan mampu mencegah penyakit adalah
buahnya. Dalam beberapa literatur menyebutkan bahwa daun mengkudu juga
berkhasiat. Daun mengkudu mengandung senyawa antrakuinon yang berfungsi sebagai
anti bakteri dan anti kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis
senyawa antrakuinon dalam daun mengkudu menggunakan kromatografi lapis tipis.
Sampel yang digunakan adalah daun mengkudu tua kering yang halus dengan berat
50 gram. Sampel diekstrak menggunakan pelarut 100 mL etanol 96% dalam
Erlenmeyer tertutup yang diletakkan di shaker selama 5 hari. Setiap hari
dilakukan pengambilan filtrat secara manual dengan cara pemerasan. Penggantian
pelarut dilakukan setiap kali pemerasan selesai. Pemekatan filtrat dilakukan
memakai waterbath.Sebelum dilakukan pemisahan senyawa antrakinon dalam larutan,
filtrat dicuci dengan memakai 10 mL aquadest. Pemisahan senyawa antrakuinon
dalam larutan dilakukan memakai 3 mL toluen. Keberadaan senyawa antrakuinon
diketahui melalui pengujian memakai larutan 10% KOH dalam metanol. Pengujian
jenis antrakuinon dilakukan memakai kromatografi lapis tipis dengan fase gerak
toluene-etil-asam asetat (75 : 24 : 1) v/v yang telah dijenuhkan sebanyak 20
mL. Lempeng silika gel GF 254 nm dipakai sebagai tempat penotolan
sampel. Pengujian jenis senyawa antrakuinon menggunakan sampel sebanyak
0,2 gram daun mengkudu tua yang halus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun
mengkudu positif mengandung senyawa antrakuinon. Jenis senyawa antrakuinon yang
ditemukan adalah aloin dan trakuinon.
Kata Kunci:
Antrakuinon, Mengkudu, KLT, identifikasi senyawa
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu tanaman yang sudah lama diketahui
masyarakat umum memiliki banyak khasiat adalah mengkudu. Mengkudu termasuk
tumbuhan keluarga kopi-kopian (Rubiaceae). Tanaman mengkudu awalnya berasal
dari wilayah daratan Asia Tenggara dan kemudian menyebar sampai ke Cina, India,
Filipina, Hawai, Afrika, dan Australia. Mengkudu secara internasional dikenal
sebagai “Noni” sebutan mengkudu orang Hawai. Noni buat orang Hawai adalah salah
satu jenis tanaman obat yang penting (Dewi, 2012).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa hampir semua bagian tanaman mengkudu mengandung zat kimia
dan nutrisi yang dapat berguna bagi kesehatan (Rukmana, 2002). Zat kimia yang
terkandung dalam mengkudu diantaranya morindi, antrakuinon, asam glutamat, asam
askorbat, thiamin, glikosida, dan skopoletin. Zat nutrisi yang terkandung dalam
mengkudu diantaranya protein, mineral, vitamin yang berkhasiat sebagai
antioksidan (Bangun & Sarwono, 2002).
Daun mengkudu yang biasanya hanya terbuang
sia-sia ternyata mengandung suatu zat yang sangat dibutuhkan dan sangat penting
bagi tubuh. Daun mengkudu mengandung senyawa antrakuinon yang berfungsi sebagai
anti bakteri dan anti kanker (Rukmana, 2002). Hal ini bisa dilihat pada Gambar
1.
Senyawa antrakuinon, alkaloid, dan glikosida
terdapat hampir pada semua bagian tanaman mengkudu terutama bagian daun dan
buahnya (Bangun & Sarwono, 2002). Antrakuinon merupakan golongan dari
senyawa glikosida termasuk turunan kuinon (Sirait, 2007).
Antrakuinon merupakan senyawa kristal bertitik leleh
tinggi, dan larut dalam pelarut organik dan basa.
Antrakuinon mudah terhidrolisis. Senyawa
antrakuinon dan turunannya seringkali berwarna kuning sampai merah sindur
(oranye). Untuk identifikasi senyawa antrakuinon digunakan reaksi Borntraeger.
Semua antrakuinon memberikan warna reaksi yang khas dengan reaksi Borntraeger.
Jika larutan ditambah dengan ammonia maka larutan tersebut akan berubah warna
menjadi merah untuk antrakuinon dan kuning untuk antron dan diantron. Antron
adalah bentuk antrakuinon yang kurang teroksigenasi dari antrakuinon, sedangkan
diantron terbentuk dari dua unit antron. Struktur kimia antrakuinon bisa
dilihat pada Gambar 2.
![]() |
Gambar
1. Daun Mengkudu

Gambar 2. Struktur kimia antrakuinon
Sedangkan penggolongan glikosida antrakuinon dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Penggolongan glikosdia antrakuinon (Stahl, 1985)
1.
Komponen
|
HRf
|
2.
Aloin
( barbaloin )
|
20 – 25
|
3.
Rapontisin
|
25 - 30
|
4.
Rein
|
30 – 35
|
5.
Hidrokuinon
|
50
|
6.
Emodin
Aloe
|
55 – 65
|
7.
Eter
Monometilhidrokuinon
|
65 – 70
|
8.
Emoding
Frangula
|
70 -75
|
9.
Eter
dimetilhidrokuinon
|
80 – 85
|
10. Trakuinon
|
85 – 90
|
B. Rumusan Masalah
-
Apakah ada senyawa glikosida golongan
antrakuinon yang terkandung dalam daun mengkudu?
-
Bagaimana cara identifikasi daun mengkudu menggunakan
kromatografi lapis tipis?
C. Tujuan Percobaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis senyawa antrakuinon
dalam daun mengkudu menggunakan kromatografi lapis tipis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Mengkudu
termasuk tumbuhan keluarga kopi-kopian yang pada mulanya berasal dari wilayah
daratan Asia Tenggara dan kemudian menyebar sampai ke Cina, India, Filipina,
Hawaii, Tahiti, Afrika, Australia, Karibia, Haiti, Fiji, Florida dan Kuba
(Aryadi, 2014: 5).
Menurut
Aryadi (2014: 7), bahwa taksonomi dari buah mengkudu yaitu:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Anak
kelas : Sympetalae
Bangsa
: Rubiales
Suku
: Rubiaceae
Genus
: Morinda
Spesies
: Morinda
citrifolia
Daun
tersusun berhadapan dan bertangkai pendek. Daunnya tebal, lebar dan mengkilap.
Bentuk daun lonjong menyempit kearah pangkal. Daun mengkudumerupakan daun
tunggal berwarna hijau kekuningan, bersilang hadapan, ujung meruncing dan
bertepi rata dengan ukuran panjang 10-40 cm dan lebar 15-17cm. Bunga mengkudu
berwarna putih, berbau harum dan mempunyai mahkota berbentuk terompet (Aryadi,
2014: 8).
Zat
aktif utama dalam daun mengkudu meliputi: terpenoid, antibakteri, ascorbic
acid, beta karoten, I-arginine, xeronine dan proxeronine. Selain itu, mengkudu
juga mengandung antraquinon dan scolopetin yang aktif sebagai antimikroba,
terutama bakteri dan jamur yang penting dalam mengatasi peradangan dan alergi
(Aryadi, 2014: 9).
Daun
tanaman mengkudu mengandung zat kapur, protein, zat besi, karoten, arginin,
asam glutamat, tirosin, asam askorbat, asam ursolat, thiamin, dan antraquinon.
Kandungan flavonoid total dalam daun mengkudu adalah 254mg/100
gram
fw. Angka ini termasuk tertinggi dibandingkan 90 tanaman. Daun mengkudu juga
mengandung spektrum luas antrakuinon seperti iridoid, glikosida flavonol dan
triterpen. Senyawa ini berfungsi sebagai antibakteri seperti: Staphylococcus
aureus yang menyebabkan peradangan dan infeksi, Shigela yang
menyebabkan disentri, Pseudomonasaeruginosa, Proteus morgaii, Baciillis
subtilis, Salmonella dan Escherichia coli (Aryadi,
2014: 9-10).
B. Senyawa Metabolit Sekunder
Metabolit
sekunder adalah molekul organik yang tidak secara langsung dalam pertumbuhan
dan perkembangan normal dari suatu organisme. Metabolit sekunder dapat ditandai
oleh keragaman kimia yang sangat besar, dimana setiap organisme memiliki
karakteristik tersendiri dalam setiap kandungan metabolit sekundernya. Selama
bertahun-tahun, metabolit sekunder terbatas, tetapi sekarang secara umum
diterima bahwa metabolisme sekunder terlibat dalam hubungan organisme dengan
lingkungannya, misalnya dalam pertahanan terhadap hama dan penyakit, sebagai
pengontrol penyerbuk, atau sebagai senyawa sinyal (Ilyas, 2013: 5).
C. Glikosida
antrakinon
Golongan mi aglikonnya adalah sekerabat dengan antrasena yang memiliki
gugus karbonil pada kedua atom C yang berseberangan (atom C9 dan C10) atau
hanya C9 (antron) dan Cg ada gugus hidroksil (antranol). Adapun strukturnya
adaah sebagai berikut.
C.1 Sifat fisika & kimia. Senyawa
antrakinon dan turunannya seringkali bewarna kuning sampal merah sindur
(oranye), larut dalam air panas atau alkohol encer. Untuk identifikasi
digunakan reaksi Borntraeger (lihat MMI). Antrakinon yang mengandung gugus
karboksilat (rein) dapat diekstraksi dengan penambahan basa, misalnya dengan
natrium bikarbonat. Hasil reduksi antrakinon adalah antron dan antranol,
terdapat bebas di alam atau sebagai glikosida. Antron bewarna kuning pucat,
tidak menunjukkan fluoresensi dan tidak larut dalam alkali, sedangkan
isomernya, yaitu antranol bewarna kuning kecokiatan dan dengan alkali membentuk
larutan berpendar (berf1uoresensi) kuat. Oksantron merupakan zantara
(intermediate) antara antrakinon dan antranof. Reaksi Borntraeger modifikasi Fairbairn,
yaitu dengan menambahkan hidrogen peroksida akan menujuk-kan reaksi positif.
Senyawa ml terdapat dalam Frangulae cortex. Diantron adalah senyawa dimer
tunggal atau campuran dan molekul antron, hash oksidasi antron (misalnya
larutan dalam aseton yang diaerasi dengan udara). Diantron merupakan aglikon
penting dalam Cassia, Rheum, dan Rhamnus; dalam golongan ini misalnya senidin,
aglikon senosida. Reidin A, B, dan C yang terdapat dalam sena dan kelembak
merupakan heterodiantron.
C.2 Efek farmakologi (bioaktivitas) glikosida antrakinon adalah stimulan
katartika dengan meningkatkan tekanan otot polos pada dinding usus besar,
aksinya akan terasa sekitar 6 jam kemudian atau Iebih lama. Adapun meka-nisme
belum jelas, namun diduga antrakinon dan antranol dan turunannya berpengaruh
terhadap tranpor ion daam sel colon dengan menghambat kanal ion C1. Untuk
antron dan antranol mengeluarkan kegiatan lebih drastik (itulah sebabnya ada
beberapa simplisia yang boleh digunakan setelah disimpan selama satu tahun, untuk
mengubah senyawa tersebut menjadi antrakinon), bHa jumlahnya Iebih besar dan
pada antrakinon akan mengakibatkan mulas dan rasa tidak enak.
C.3 Kegunaan: katartika, pewarna, dan antibakteri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel yang digunakan adalah daun mengkudu
tua kering yang halus dengan berat 50 gram. Sampel diekstrak menggunakan
pelarut 100 mL etanol 96% dalam Erlenmeyer tertutup yang diletakkan di shaker selama
5 hari. Setiap hari dilakukan pengambilan filtrat secara manual dengan cara pemerasan.
Penggantian pelarut dilakukan setiap kali pemerasan selesai. Pemekatan filtrat
dilakukan memakai waterbath. Sebelum dilakukan pemisahan senyawa antrakuinon
dalam larutan, filtrat dicuci dengan memakai 10 mL aquadest.
Pemisahan senyawa antrakuinon dalam larutan dilakukan
memakai 3 mL toluen. Pemakaian toluen adalah untuk mengikat antrakuinon.
Pemisahan filtrat dan residu dilakukan dengan cara penyaringan.
Keberadaan senyawa antrakuinon diketahui
melalui pengujian memakai larutan 10% KOH dalam metanol. Pengujian ini dikenal
dengan istilah uji fitokimia antrakuinon. Filtrat dimasukkan dalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan larutan 10% KOH dalam metanol pengamatan dilakukan
apabila terbentuk warna kuning, kuning coklat.
Pengujian
jenis antrakuinon dilakukan memakai kromatografi lapis tipis dengan fase gerak
toluene-etilasam asetat (75 : 24 : 1) v/v yang telah dijenuhkan sebanyak 20 mL.
Lempeng silika gel GF 254 nm dipakai sebagai tempat penotolan sampel. Pengujian
jenis senyawa antrakuinon menggunakan sampel sebanyak 0,2 gram daun mengkudu
tua yang halus.
Sedangkan metode yang digunakan untuk
perhitungan HRf dan Rf memakai rumus sebagai berikut:
Rf = Jarak yang ditempuh zat
terlarut
Jarak
yang ditempuh fase gerak
Rumus HRf = Rf x 100
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Uji fitokimia antrakuinon dengan larutan KOH
10% dalam methanol
Larutan KOH 10% dalam methanol dibuat dengan
cara melarutkan KOH 10 gram dalam 100 mL methanol. Pengujian fitokimia
dilakukan dengan cara mengamati perubahan warna filtrat yang sudah ditambahkan
larutan KOH 10% dalam methanol. Warna filtrat berubah menjadi kuning coklat.
Pengamatan dilakukan selama lebih kurang 5 menit. Warna filtrat kuning coklat
mengindikasikan bahwa daun mengkudu positif mengandung senyawa antrakuinon. Hal
ini bisa dilihat pada Gambar 3.

Gambar
3. Hasil positif antrakuinon
Pada reaksi antrakuinon dalam campuran
larutan benzen dan asam sulfat terbentuk cincin benzena.
Cincin benzena adalah hasil reaksi antara
sulfonasi benzena dengan antrakuinon. Reaksi sulfonasi adalah reaksi kimia yang
terjadi pada benzena dan asam sulfat dengan adanya pemanasan. Produk yang
dihasilkan dalam reaksi sulfonasi adalah asam benzena sulfonat dan air. Reaksi
sulfonasi merupakan reaksi reversibel (reaksi yang dapat balik). Reaksi
sulfonasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar
4. Reaksi Sulfonasi
Uji
jenis antrakuinon dengan kromatografi lapis tipis
Berdasarkan hasil uji KLT didapatkan bahwa
jenis senyawa antrakuinon yang terdapat dalam daun mengkudu adalah aloin dan
trakuinon. Hal ini dapat diketahui dari nilai Rf yakni 0,22 – 0,90 dan HRf 22 –
90. Hasil uji KLT bisa dilihat pada Gambar 5.

Gambar
5. Hasil uji Kromatografi Lapis Tipis
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah daun mengkudu
positif mengandung senyawa antrakuinon yang berjenis aloin dan trakuinon. Hal
ini dapat diketahui melalui nilai Rf dan HRf pada pengujian yang dilakukan
memakai kromatografi lapis tipis (KLT).
DAFTAR
PUSTAKA
1. Anonym. 2012. Mengkudu, si buruk rupa
multiguna. http://www.ekafood.com. Diakses pada senin 15 Desember 2013
pukul 06.00 WIB.
2.
Bangun,
A. P & Sarwono, B. 2002. Khasiat & Manfaat Mengkudu. Tangerang:
Agro Media.
3.
Dewi,
Nurfita. 2012. Budidaya, Khasiat dan Cara Olah Mengkudu untuk Mengobati
Berbagai Penyakit. Yogyakarta: Pustaka baru Press. Hal 1-39.
4.
Rukmana,
R. 2002. Mengkudu: Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
5.
Sirait,
Midian. 2007. Penuntun fitokimia dalam farmasi. Bandung: Penerbit ITB.
Hal: 177-178.
6. Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat secara
Kromatografi dan Mikroskopik terjemahan dari Kosasih padamawinata dan Iwang
Sudiro. Bandung: Penerbit ITB. Hal: 3-5.